Salah satu obyek wisata yang cukup menjanjikan dan potensial untuk dikembangkan adalah kawasan wisata pantai yang ada di wilayah selatan Lombok Timur. Kawasan pantai ini adalah rangkaian pantai yang posisinya berada satu garis dengan pantai di kawasan Sekotong Lombok Barat, dan resor Mandalika di Lombok Tengah. Ada 2 kawasan di wilayah selatan Lombok Timur ini yang potensial untuk bisa dikembangkan menjadi destinasi wisata yang akan ramai dikunjungi yaitu kawasan Kaliantan dan sekitarnya, serta kawasan Tanjung Ringgit di hutan lindung Sekaroh.
Di kawasan Kaliantan ada deretan pantai yaitu; pantai Cemara (di Teluk Seriwe), pantai Kaliantan, pantai Sungkun (yang belakangan sering disebut pantai kura-kura), dan pantai Surga. Termasuk juga pada obyek wisata pantai di kawasan Kaliantan adalah Teluk Ekas yaitu yang dimulai dari ujung selatan di pantai Surga hingga ke desa Batu nampar Selatan yang berbatasan dengan pelabuhan Awang Lombok Tengah. Selain indah kawasan Teluk Ekas juga potensial untuk pengembangan perikanan laut sehingga selama ini dikonsentrasikan untuk budidaya berbagai komoditi kelautan seperti lobster dan kerapu.
Dan Kawasan Tanjung Ringgit yang memiliki rangkaian obyek wisata yaitu pantai Pink yang namanya semakin kesohor, pantai Temeak, Gili Sunut, Tanjung Beloam, Situs sejarah peninggalan Jepang, dan Hutan Lindung Sekaroh. Kedua kawasan itu seluruhnya berada di kecamatan Jerowaru kabupaten Lombok Timur.
Lalu seberapa potensialkah kedua kawasan pantai itu bisa dikembangkan menjadi destinasi wisata?
Untuk menjawab pertanyaan ini, maka yang bisa kita dengar adalah para pelaku wisata ataupun para pengunjung dari kawasan pantai itu. Merekalah yang tahu persis potensi dan nilai jual dari obyek wisata di bagian selatan Lombok Timur itu.
Yang pertama adalah kawasan pantai Kaliantan dan sekitarnya. Disini ada pantai Cemara, pantai Kaliantan, dan pantai Sungkun serta pantai Surga. Sejak lama kawasan Kaliantan dan Teluk Ekas ini diketahui oleh masyarakat luas di Lombok sebagai deretan pantai yang indah. Sehingga banyak calon investor yang rencananya akan membangun akomodasi hotel dan restoran di sepanjang pantai itu. Tetapi karena minimnya infrastruktur terutama air bersih, termasuk juga perilaku spekulan dari calon investor itu, maka hotel yang direncanakan dan sudah ada izinnya belum juga terbangun, walaupun sudah berlalu puluhan tahun.
Mengenai keindahan dan potensi dari pantai di kawasan selatan di Lombok Timur ini, salah seorang pelaku wisata yaitu Samuel Gregoire, manajer sekaligus owner PT Ekas Breaks sebuah hotel PMA dari Prancis yang mulai beroperasi 2014 lalu dan berlokasi di kampung Bagek Cendol Ekas, akhir 2015 yang lalu sempat berbincang-bincang tentang potensi kawasan pantai di Kaliantan dan sekitarnya. Dia mengemukakan nilai plus yang dimiliki oleh pantai Kaliantan dan sekitarnya, yaitu selain tempat berselancar (surfing) berkelas dunia juga menjadi tempat paforit untuk berselancar dengan layangan (kitesurfing), sebuah cabang olahraga yang relatip baru berkembang.
Menurut Samuel berselancar dengan layangan ini dimulai tahun 1980-an, tetapi perkembangannya cukup cepat, jelas Samuel, sehingga pada ajang Olympiade Brazil 2016 tahun ini, kitesurfing untuk pertama kali resmi menjadi salah satu mata lomba. Dan olahraga ini membutuhkan biaya yang cukup besar, sehingga mereka yang berkantung tebal saja yang mampu menggelutinya. Atau menurut istilah Samuel dikatakannya sebagai wisatawan yang berkualitas.
Dibanding pantai Sanur di Bali dan pulau Boracay di Philipina, kawasan pantai Kaliantan menurut Samuel Gregoire jauh lebih unggul. Pertama dari segi panjang pantai yaitu yang mencapai 15 km, sedangkan Sanur dan Borocay masing-masing hanya 3 km. Lalu kecepatan angin di Kaliantan mencapai 15 – 28 knot dari bulan Mei sampai Oktober, sedangkan Sanur 8 – 20 knot dan hanya dari bulan Juni sampai September dan Borocay 15 – 25 knot, yang bisa dipakai kitesurfing untuk bulan Nopember sampai April.
Lebih lanjut Samuel menjelaskan, bahwa setelah buka pada tahun 2014 yang lalu PT Ekas Breaks, dengan segala keterbatasannya, pihaknya mampu mendatangkan rata-rata 20 peselancar dengan menggunakan layangan setiap bulan. Dengan potensi seperti itu, maka apabila pemerintah daerah mau perduli, katanya, prospek dari pariwisata di selatan Lombok Timur ini sangat cerah kedepan.
Tidak saja touris ‘berkualitas’, pengunjung lokal di Lombok juga sebenarnya potensial untuk berkunjung di pantai Kaliantan dan sekitarnya. Cuma panas yang terik dan tidak adanya fasilitas publik seperti tempat berteduh, air bersih dan sebagainya, membuat para peminat wisata pantai menjadi enggan untuk datang.
Kawasan berikutnya yang menjanjikan di kawasan selatan Lombok Timur adalah Kawasan Tanjung Ringgit di hutan lindung Sekaroh. Kawasan ini belakangan semakin dikenal dengan keberadaan pantai Pink. Pantai ini sudah menjadi jualan laris manis dari para pebisnis travel online di Mataram, dan pengunjung dari berbagai penjuru sudah datang mengunjungi pantai Pink.
Lalu sebuah akomodasi hotel berbintang yaitu Jeeva Beloam sudah eksis dan mulai beroperasi tahun 2013 yang lalu. Dengan tarif 3,5 juta per malam, hotel ini langsung mendapatkan tanggapan dari para traveler.
Kata banyak tamunya, tempat itu adalah surga yang benar-benar tersembuny, seperti yang dimuat di situs www.tripadvisor. Bahkan salah satu majalah travel ternama; Harper’s Bazaar yang berkantor pusat di London, memasukkan pantai Beloam di Sekaroh pada urutan ke tiga, dari 10 pantai terindah di dunia. (lihat link disini)
Dengan potensi yang menjanjikan seperti itu, maka sudah saatnya pemda Lombok Timur dan pemerintah provinsi NTB mulai bergerak dan memikirkan bagaimana menjadikan kawasan pantai di wilayah selatan Lombok Timur itu menjadi destinasi yang berkembang maju dalam waktu kedepan ini.
Komen dari para blogger menyayangkan sikap pemda yang membiarkan potensi itu tidak terurus. “Sy gak tau kenapa pemda lotim ‘nggak tergerak’ utk membangun prasarana di sana”, tulis seorang blogger. Kemudian ada juga yang mengatakan; “Indah sekali..sayang infrastrukturnya belum diperhatikan Pemda”.
Strategi Pengembangan
Ada beberapa langkah ataupun tahapan yang mesti dilakukan dalam mengembangkan kawasan pantai di wilayah selatan kabupaten Lombok Timur yang diusulkan disini;
1. Perencanaan pengembangan kawasan
Langkah awal yang mesti dilakukan tentu adalah dengan membuat perencanaan pengembangan yang komprehensif dalam bentuk master plan sebagai acuan untuk menentukan apa yang mesti dilakukan dan dibutuhkan, diantaranya kebutuhan akan infrastruktur jalan, air bersih, listrik, telekomunikasi, areal publik untuk wisata pantai, dan lainnya yang bisa dibaca dalam sebuah peta perencanaan.
Dalam melakukan perencanaan pengembangan kawasan ini tentu saja perlu dicari referensi tentang kegiatan yang sama di tempat lain, untuk mencari tahu dan membanding-banding mana yang paling baik untuk diaplikasikan. Diantara pengembangan areal publik pada wisata pantai adalah; pantai Loang Baloq kota Mataram, Wisata Bahari Lamongan, pantai Panjang Bengkulu,
2. Penyiapan infrastruktur
Mengacu pada master plan yang sudah disiapkan, lalu dibangun jalan yang memadai untuk lalu lintas atau pergerakan wisatawan. Jalan 2 jalur dengan lebar paling tidak 15m untuk masing-masing jalur. Demikian pula perlu dicarikan jalan keluar untuk pengadaan air bersih yang selama ini menjadi kendala, serta kebutuhan listrik bagi industri wisata yang akan dibangun.
3. Pembangunan areal publik dan wahana wisata pantai
Selanjutnya mengembangkan areal publik dengan wahana wisata pantai di dalamnya. Selama ini salah satu titik lemah dari pemerintah daerah adalah tidak adanya areal publik yang disediakan khusus untuk wisatawan pada lokasi wisata.
Untuk di Senggigi misalnya, bagi yang menginap di hotel, tidak ada masalah karena mereka menikmati pantai dari areal hotelnya. Tetapi lain halnya bagi wisatawan lokal ataupun wisatawan yang tidak menginap di Senggigi, mereka akan bingung mencari areal pantai yang dilengkapi toilet, tempat bilas, tempat berteduh dan lainnya. Yang pasti mereka tidak nyaman dalam berwisata.
Bahkan untuk areal pantai, banyak yang memanfaatkan lahan perusahaan yang belum membangun hotelnya.
Karena itulah, dalam pengembangan kawasan pantai di wilayah selatan Lombok Timur, harus dibangun areal publik serta wahana wisata pantai didalamnya. Untuk areal publik ini dibutuhkan luasan lahan yang memadai untuk menampung berbagai fasilitas dan wahana wisata yang dibutuhkan oleh wisatawan.
Adapun fasilitas yang mesti ada untuk pengembangan areal publik pada wisata pantai adalah; gerbang utama sebagai pintu masuk kawasan yang sekaligus juga sebagai areal ticketing, perparkiran, tempat berteduh (gazebo), tanaman penghijauan, toilet, tempat bilas, fasilitas kuliner dan oleh-oleh, toko sewa peralatan (snorkling, fishing, diving, dan lainnya), tambatan perahu, sarana pemancingan, kolam renang pinggir pantai untuk anak balita, tempat bermain anak, fasilitas berbagai olah raga pantai, tempat pembuangan sampah, ruang pentas, tempat ibadah, pos keamanan, petugas penjaga pantai, dll.
Apabila areal publik dengan fasilitas dan wahana seperti itu sudah disiapkan, maka bisa dipastikan, wisatawan akan senang berkunjung. Tidak usah wisatawan asing, sekedar diarahkan untuk wisatawan lokal saja, pengunjungnya akan kebanjiran. Lalu dengan tarif masuk ke areal kawasan yang terjangkau, akan menjadi sumber pendapatan yang potensial bagi daerah.
Untuk kawasan pantai di bagian selatan Lombok Timur paling tidak bisa dibangun di 2 lokasi yaitu di pantai Kaliantan dan sekitarnya, serta di pantai Pink hutan lindung Sekaroh. Dengan terbangunnya ‘gula’ seperti itu, maka ‘semut’ atau investor akan datang dengan sendirinya.
4. Pemetaan dan analisis investor yang sudah memiliki izin
Sampai dengan tahun 2015 sudah ada 30 perusahaan PMA dan PMDN yang bergerak di industri pariwisata yang memiliki izin di kecamatan Jerowaru. Sebagian besar dari perusahaan itu belum melakukan apa-apa untuk rencana pembangunan hotel dan akomodasinya.
Untuk melakukan penataan terhadap investor yang masuk maka perlu dilakukan pemetaan terkait lokasi dari ke 30 perusahaan dimaksud, sehingga bisa terbaca lahan yang sudah dikuasai dan belum dikuasai. Selanjutnya perlu juga dilakukan analisis terkait dengan perusahaan yang menelantarkan lahan, sehingga bisa diberikan sangsi sesuai aturan.
5. Promosi destinasi
Langkah berikutnya adalah promosi destinasi baik kepada wisatawan lokal, luar daerah dan mancanegara. Akan tetapi sebenarnya kalau sebuah destinasi wisata sudah memiliki fasilitas areal publik dengan kelengkapan wahananya, maka promosi juga akan datang dengan sendirinya dari berbagai pihak, utamanya dari perusahaan tour travel yang membuatnya menjadi sebuah paket wisata yang akan dijual kepada wisatawan.
Tulisan ini adalah milik Agus Netral, SE. (Kasubid Promosi Investasi pada Bidang Penanaman Modal BLHPM Lombok Timur). Bisa dihubungi di; investlotim@gmail.com
Komentar
Posting Komentar